Ujian Nasional berstatus terancam tidak sukses pada periode tahun ini. Pemerintah Dinas Pendidikan menggunakan sistem 20 paket masing-masing paket berbeda-beda soalnya (1 soal/peserta). Pemerintah sebelumnya mengeluhkan kepada para peserta didik yang menggunakan sistem contek-menyontek, kerja sama antar peserta, dan lebih parahnya lagi guru pengajar masing-masing bidang telah “membantu” meluluskan murid-muridnya dengan metode membuat “bocoran”.
Untuk itu, pemerintah dengan menurunkan sistem 20 paket ke sekolah-sekolah seluruh Indonesia dari Negeri maupun Swasta. Pemerintah ingin menguji peserta penerus bangsa dengan metode tersebut agar pemerintah tahu kualitas pendidikan yang diajarkan selama kurang lebih 6 tahun (SD) dan 3 tahun (SMP-SMA/SMK).
Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, telah menyetujui sistem ini untuk di “uji coba” di sekolah seluruh Indonesia. Beliau mendukung dengan sistem ini untuk memajukan sistem Pendidikan di Indonesia. Lebih pentingnya untuk mengurangi kecurang terhadap sekolah-sekolah dengan sistem metode yang merugikan pemerintah.
Hari pelaksanaan Ujian Nasional telah tiba. Para peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional telah mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran selama proses bangku sekolah dipelajari. “Antusias murid sangat bersemangat, dan tidak sedikit juga yang masih meragukan untuk lulus Ujian Nasional kali ini. Karena mereka merasa sulit untuk mengerjakan Ujian dengan sistem 20 paket tersebut.” ujar Kepala Sekolah SMK Negeri 10 Surabaya.
Empat mata pelajaran yang selama diujikan dengan tempo empat hari. Selama empat mata pelajaran yang diujikan, mereka mengerjakannya dengan teliti dan menurut jawaban mereka masing-masing. Tidak ada yang menyontek, tidak ada yang saling bantu-membantu untuk jawaban mereka. Hanya pengawas yang bisa melirik sana-sini di setiap sudut kelas yang diujikan. Tak ada campur tangan guru pengajar tentang masalah Ujian Nasional.
Ujian Nasional bukan menyelesaikan masalah seperti yang dilontarkan dari keputusan Pemerintah Dinas Pendidikan maupun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Malah Ujian Nasional kali ini yang diujikan semakin kacau. Beberapa siswa mengeluhkan sistem tersebut, karena sistem tersebut bukan untuk di “uji coba” kan kepada para peserta didik melainkan peserta semakin sulit untuk belajar dengan metode seperti itu. Sistem sebelumnya hanya 5 paket soal mata pelajaran, jadi pembelajaran semakin sulit untuk kisi-kisi Ujian Nasional periode sebelumnya.
Sekolah merasa terancam akan anak didiknya tidak lulus dengan keputusan sistem tersebut. Tak hanya pihak sekolah yang prihatin dengan sistem tersebut, Basuki Tjahaja Purnama atau yang disapa Ahok yang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta telah berkomentar kepada sistem Ujian Nasional tersebut. Harapan saya enggak ada Ujian Nasional. Bikin stres. Ya orang kan mesti dihitung disiplinnya, bukan cuma dari UN. Orang mesti dilihat prosesnya. Kalo sistem pendidikan yang baik itu prosesnya, bukan hasilnya. Ini komentar pribadi ya,” ujarnya. Beliau mengharapkan Ujian Nasional tidak terlaksana seperti ini. Yang lebih mengagetkan lagi, Ahok berkomentar tentang Ujian Nasional yang membuat orang tua peserta didik mengarah kejalan yang salah. Ahok menganggap kejadian tersebut adalah kejadian yang paling lucu. “Bikin orang stres, sampai ke dukun, doa-doa. Jadi sesuatu yang lucu,” ucapnya.